PESONA SIDETAPA: MENELISIK KEUNIKAN TRADISI DAN RUMAH ADAT BALE GAJAH SAKARORAS TUMPANG SALU DI DESA SIDETAPA

Bali dikenal sebagai provinsi yang memiliki keberagaman budaya dan tradisi yang luar biasa. Keberagaman ini sudah menjadi ciri khas dari daerah Bali yang sudah diakui oleh pemerintah. Salah satu daerah yang menawarkan kekayaan budaya dan tradisi yakni desa Sidetapa, sebuah desa terpencil yang merupakan salah satu desa yang termasuk bagian dari desa Bali Aga berlokasi di Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali. Desa ini terkenal dengan keindahan alam serta keunikan dalam bidang budaya, tradisi, adat-istiadat dan arsitektur rumah adat. Sidetapa memiliki beberapa peninggalan sejarah yang berkembang sampai saat ini (Tari. K., 2024). Berbeda dari masyarakat lainnya yang telah banyak dipengaruhi leh budaya Hindu Majapahit, desa ini masih memegang teguh nilai-nilai leluhur yang diwariskan secara turun- temurun. Menurut wawancara bersama kepala desa Sidetapa yakni I Made Sutama mengatakan bahwa salah satu daya tarik utama dari desa ini adalah arsitektur rumah adatnya yang dikenal dengan nama Balej Gajah Sakaroras Tumpang Salu. Di mana rumah adat ini memiliki keunikan yakni sebagai tempat tinggal sekaligus memiliki nilai-nilai simbolis dan filosofis yang mencerminkan hubungan harmonis antara manusia, alam dan juga leluhurnya.

Arsitektur rumah adat ini memadukan estetika tradisional dengan fungsi ritual yang kemudian mencerminkan bagaimana cara hidup dalam masyarakat di desa Bali Aga yang masih terpaku dengan nilai kearifan lokal. Rumah adat ini didasari dengan sebuah nilai, norma budaya, pola hidup,  dan  kepercayaan  masyarakat setempat. Dalam pembuatan rumah adat di Sidetapa harus memperhatikan fungsi serta tatanan yang sudah berlaku sejak dahulu kala (Nesa, dkk., 2023). Penulisan artikel ini bertujuan untuk menelisik keunikan tradisi dan arsitektur rumah adat Bale Gajah Sakaroras Tumpang Salu sebagai wujud kekayaan budaya yang ada didesa Sidetapa. Tentunya dengan adanya perkembangan zaman yang semakin pesat, ini menjadi tugas penting bagi generasi muda untuk tetap melestarikan kebudayaan dan tradisi yang sudah diwariskan secara turun-temurun. Jangan sampai karena keteledoran kita sendiri tradisi yang kita miliki malah terancam punah dan digantikan dengan budaya-budaya dari luar. Tantangan terbesar di tengah derasnya arus globalisasi dan modernisasi yakni perubahan gaya hidup, migrasi penduduk serta pengaruh budaya dari luar yang sering kali mengikis keberadaan tradisi lokal. Oleh karena itu, penting menjaga dan melestarikan tradisi rumah adat yang ada, agar warissan tidak hilang ditelan waktu.

Penulisan artikel ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan tujuan memperoleh data yang valid, komprehensif, dan objektif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi langsung dengan partisipan. Penulisan ini memanfaatkan data primer dan juga sekunder. Dara primer didapatkan dari proses wawancara dan observasi ke desa Sidetapa yang ditemani dengan Kepala Desa yakni Bapak I Made Sutama. Sedangkan untuk data sekunder didapat dari jurnal, buku dan berita yang terkait dengan desa Sidetapa. Metode pengumpulan data meliputi studi pustaka, wawancara dan observasi. Studi pustaka dilaksanakan dengan menalaah literatur yang relevan, sementara wawancara dilakukan secara langsung bersama kepala Desa Sidetapa. Kemudian observasi            melibatkan pengamatan lapangan untuk mencatat informassi yang berkaitan dengan aspek sosial budaya di Sidetapa. Alat yang digunakan mencakup daftar pertanyaan, kertas HVS dan surat tugas dari Universitas.

Sosial budaya adalah salah satu nilai yang harus ditumbuhkan dan diwariskan kepada generasi-generasi penerus bangsa karena nilai ini sangatlah  berharga untuk menjadi  dasar dalam mengikuti perkembangan dalam kehdipan  (Fitriani, 2019). Berdasarkan data yang didapatkan dari wawancara bersama I Made Sutama selaku Kepala Desa Sidetapa menyatakan bahwa sosial budaya memiliki keterkaitan dengan adat-istiadat yang ada di desa Sidetapa. Adat-istiadat yang ada di desa Sidetapa masih turun-temurun dari nenek moyang/leluhur yang memiliki keunikan, berbeda dari desa-desa lainnya. Selain itu pula terdapat rumah adat dan tari sakral yang masih berdiri dan berkembang sampai saat ini. Tari sakral yang harus disakralkan dari warisan nenek moyang yang masih dilestarikan akan diturunkan ke generasi- generasi selanjutnya tanpa adnaya perubahan sedikitpun. Keunikan yang paling berbeda dengan desa lainnya yakni rumah adat yang dijuluki dengan “Bale Gajah Saka Roras Tumpang Salu.” Desa Sidetapa dikenal dengan rumah adatnya yang khas, yaitu Bale Gajah Saka Roras Tumpang Salu. Rumah ini memiliki keunikan berupa satu kamar dengan tiga tingkatan yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri. Bale Gajah berarti bale besar, Saka Roras merujuk pada 12 tiang penyangga, dan Tumpang Salu menunjukkan adanya tiga tingkatan. Tingkatan pertama disebut Utama Mandala, yang merupakan tempat suci untuk persembahyangan dan pemujaan leluhur serta penyimpanan benda-benda sakral seperti keris. Tingkat kedua, Madya Mandala, digunakan sebagai tempat memasak dan bekerja, terutama untuk menyiapkan sesaji pada upacara adat dan hari raya seperti Galungan dan Kuningan. Sementara itu, Nista Mandala, yang berada di tingkat ketiga, berfungsi sebagai ruang tamu untuk menerima  kunjungan. Tidak sembarang orang diperbolehkan memasuki Utama Mandala karena kesakralannya yang tinggi. Adat istiadat di Desa Sidetapa sangat dijaga dan dihormati. Tidak ada warga yang berani mengubah aturan adat karena diyakini bahwa pelanggaran akan mendatangkan kutukan atau hukuman secara niskala. Kepercayaan ini membuat adat tetap lestari tanpa hambatan. Meskipun demikian, masyarakat mampu membedakan antara adat dan kebutuhan modern. Pembangunan desa, seperti fasilitas umum, tetap dilakukan dengan hati-hati agar tidak melanggar tradisi. Misalnya, hingga kini masih ada kekhawatiran membuat toilet di dalam rumah karena dianggap bertentangan dengan adat. Generasi muda di Sidetapa memiliki kesadaran tinggi dalam melestarikan adat tanpa adanya paksaan. Mereka dengan sukarela terlibat dalam kegiatan adat, terutama pelestarian tari-tarian sakral yang hanya dipentaskan pada hari besar di pura. Untuk mendukung ini, telah dibentuk STT Surya Mangala Utama, sebuah kelompok pemuda yang menjadi wadah pembelajaran dan pelestarian tradisi. Semangat menjaga adat ini terus hidup sepanjang hayat.

Leave a Comment

Our Location

Jalan Suryopranoto Nomor 11 F RT. 008 RW. 008, Petojo Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, DKI Jakarta 10160

Stores

© 2025 Basicnest. All rights reserved
3