Bahasa Ibu yang Memudar : Hilangnya Bahasa Krama pada Kehidupan Generasi Muda Masyarakat Pulau Jawa

Terciptanya dan Penyebab Memudarnya Bahasa Ibu

Bahasa merupakan sistem komunikasi yang terstruktur dari beberapa kosa kata untuk menciptakan sebuah hubungan antara dua atau lebih individu manusia. Dari seluruh bagian dunia, di setiap tempat ada beragam bahasa yang disesuaikan dengan masyarakat tempat tersebut. Akibatnya, banyak beragam bahasa di seluruh dunia yang menjadi bahasa ibu. Dikutip dari data UNESCO, di dunia memiliki sebanyak 8.324 bahasa lisan. Artinya, banyak bahasa ibu atau bahasa yang diajarkan kepada keturunannya memiliki 8.324 cara penuturan kosa kata yang berbeda.

Akan tetapi, dari beragam bahasa ibu tersebut beberapa di antaranya sudah mulai memudar. Seperti bahasa krama dari pulau Jawa, Indonesia. Karena bahasa yang sering digunakan beralih ke bahasa yang lebih rasional atau bahasa yang lebih mudah. Masalah tersebut tidak lepas dari pengaruh globalisasi untuk menggunakan bahasa internasional, yaitu bahasa Inggris dan bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia.

Meskipun demikian, memudarnya bahasa krama yang diturunkan dari nenek moyang kita tidak sepenuhnya dari penggunaan bahasa internasional dan bahasa persatuan yang dirasionalkan. Akan tetapi, dari bahasa Jawa yang pada dasarnya memiliki tingkatan dan disesuaikan dengan kepada siapa yang dituturkan. Menjadikan generasi muda memilih cara yang lebih mudah untuk menuturkan tanpa melihat peraturannya. Dengan demikian, artikel ini bertujuan untuk mencari dan merumuskan masalah serta memberikan solusi supaya bahasa krama tidak cepat memudar.

 

Tentang Bahasa Jawa dan Kondisinya

Bahasa Jawa memiliki tingkatan dalam cara penuturannya. Tingkatan yang pertama, yaitu bahasa Jawa ngoko. Bahasa Jawa ngoko digunakan kepada teman sebaya atau orang yang setara. Tingkatan kedua, yaitu bahasa Jawa madya yang digunakan kepada orang yang sedikit lebih tua dari kita, akan tetapi kita sudah akrab dengannya. Tingkatan ketiga, yaitu bahasa Jawa krama yang digunakan kepada orang yang lebih tua sebagai bentuk penghormatan dan sopan santun kepada orang tersebut. Tingkatan keempat, yaitu bahasa Jawa krama inggil yang digunakan kepada orang yang lebih tua atau paling dihormati.

Tingkatan bahasa Jawa tersebut, bahasa Jawa ngoko yang terbiasa digunakan oleh generasi muda zaman sekarang. Karena penuturan kosa katanya cukup mudah dan teman-teman sebayanya juga menggunakan bahasa yang sama. Akan tetapi, generasi muda juga menggunakannya kepada orang yang lebih tua. Jika hal tersebut tidak diingatkan, maka tidak ada lagi generasi muda yang memelajari bahasa krama. Penutur bahasa krama yang semakin tua semakin lama juga akan hilang. Akibatnya, penutur bahasa krama yang semakin sedikit akan berakibat pada regenerasi atau pengajaran bahasa tersebut akan terputus.

Meskipun kurikulum pendidikan di Indonesia sudah memasukkan pengajaran untuk bahasa krama. Akan tetapi, jika tidak dibiasakan juga akan tidak maksimal hasil yang didapatkan. Jadi, untuk memperlambat atau bahkan mengembalikan penuturan bahasa krama supaya tidak memudar. Solusi yang bisa diberikan, yaitu dengan mensosialisasikan atau menormalisasikan generasi muda untuk berbaur dengan orang tua. Karena dengan hal tersebut kita akan sering mendengarkan orang yang menuturkan bahasa krama. Memang untuk melakukannya, sebagian besar dari generasi muda akan berpikir hal tersebut adalah hal yang kuno dan ketinggalan zaman. Akan tetapi, jika tidak diberikan pengertian dampak buruknya akan berakibat pada punahnya bahasa krama.

Tidak hanya berbaur dengan orang tua yang menuturkan bahasa krama, usaha lain seperti membuat film yang menggunakan bahasa krama disertakan dengan subtitle juga bisa menjadi salah satu potensi untuk memperlambat memudarnya bahasa krama. Industri hiburan juga digemari oleh generasi muda. Sudah banyak film yang diproduksi dengan menggunakan bahasa Jawa atau bahasa daerah. Karya film tersebut juga diapresiasi dan didukung penuh oleh masyarakat khususnya generasi muda. Dengan demikian, bahasa krama akan tetap dikenalkan kepada generasi-generasi selanjutnya dan akan merasa tertarik untuk menggunakannya. Pengajaran tata cara penuturannya juga dilakukan di kurikulum sekolah akan lebih memaksimalkan potensi solusi tersebut.

 

Harapan pada Kelestarian Bahasa Ibu

Dari pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa masalah terjadi karena menipisnya penutur bahasa krama dan generasi muda yang tidak peduli dengan pemudarannya. Kebanyakan generasi muda memilih untuk menggunakan bahasa yang rasional seperti bahasa Inggris atau bahasa Indonesia. Penutur bahasa krama yang semakin sedikit juga menjadi faktor utama memudarnya bahasa krama di zaman sekarang. Oleh sebab itu, sebagai masyarakat yang peduli dengan bahasa daerah atau bahasa ibu yang diwariskan nenek moyang kita. Kita harus melakukan beberapa cara untuk melestarikannya. Seperti pada solusi yang diberikan penulis, generasi muda harus menormalisasi untuk berbaur dengan orang tua yang menuturkan bahasa krama. Juga dengan mendukung penuh film-film yang menggunakan bahasa daerah atau bahasa krama. Jadi, bahasa krama yang memudar akan mempunyai sedikit potensi untuk bertahan atau tetap lestari sampai selamanya.

Leave a Comment

Our Location

Jalan Suryopranoto Nomor 11 F RT. 008 RW. 008, Petojo Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, DKI Jakarta 10160

Stores

© 2025 Basicnest. All rights reserved