Mengenal Kapuhunan Mitos Banjar Yang Masih Menjamah di Kalimantan Timur

Indonesia kaya akan berbagai cerita masa lalu yang dibawa sejak zaman nenek moyang hingga saat ini. Berbagai mitos, kebudayaan hingga kebiasaan terus dijaga oleh berbagai lapisan masyarakat. Mitos dianggap menjadi suatu hal yang diyakini karena kejadian tersebut yang bisa dibilang kurang masuk akal tetapi mudah dipercaya dalam sehari-hari. Bahkan, mitos sudah seperti legenda dan cerita rakyat terdahulu yang masih dikenal dan dijaga oleh masyarakat saat ini. Berbagai sikap, ucapan dan cerita mitos dirangkai sedemikian guna meyakinkan masyarakat terkait adanya sebuah mitos.

Salah satu mitos yang masih berkembang di daerah Kalimantan Timur khususnya bagi masyarakat yang memiliki keturunan Banjar, ialah “Kapuhunan”. Kapuhunan berasal dari bahasa Banjar “kepohonan” dengan pelafalan “e” = “a” serta “O” = “u”. Kata ini bermakna pohon atau penunggu, yang bermakna lain bahwa terdapatnya gangguan dari penunggu pohon dan merasuki tubuh seseorang serta menyebabkan orang tersebut bertingkah aneh selayaknya terasuki makhluk halus. Kapuhunan merupakan bentuk kesialan, bisa berupa celaka ataupun hal buruk lainnya yang terjadi ketika kita tidak sempat memakan sebuah pemberian dan tawaran orang lain, atau ketika kita sangat ingin memakan suatu makanan tapi tidak kesampaian.

Sebagaimana Kalimantan sangat dikenal dengan pulau hutan terbesar di Indonesia yang memiliki berbagai pohon besar. Oleh karena itu, mitos ini disangkutpautkan kepada pohon-pohon tersebut. Tetapi, kapuhunan saat ini masih melekat pada masyarakat Banjar khususnya di Kalimantan Timur namun mereka sudah memiliki pandangan berbeda terkait mitos ini. Banyak dari mereka berpandangan bahwa hal tersebut hanyalah kesialan belaka dan tidak ada urusannya dengan penunggu. 

Berbagai cerita kapuhunan masih terdengar dan dialami secara langsung oleh masyarakat Kalimantan Timur. Salah satu cerita dari Nailah, warga Balikpapan Kalimantan Timur yang pernah mengalami kapuhunan. Ia mengaku bahwa saat itu ia sangat ingin makan sup ceker tetapi karena ia terburu-buru ia hanya melihat sup itu dan meninggalkan toko tersebut sambil membayangkan enaknya sup ceker tersebut dan pulang langsung ke rumahnya. Saat di perjalanan kakinya tersangkut dengan pot depan rumahnya, hingga kakinya terkilir sehingga karena kejadian seperti ini ia langsung berasumsi bahwa hal ini adalah kepuhunan.

 

Kayaknya aku kena kepuhunan weh gara-gara sup ceker.

 

Walaupun kepuhunan masih tetap menjadi bagian cerita di masyarakat sekitar hal ini bukanlah mitos belaka tetapi adalah budaya nenek moyang yang dapat dimaknai dalam setiap kegiatan kita sehari-hari.

Leave a Comment

Our Location

Jalan Suryopranoto Nomor 11 F RT. 008 RW. 008, Petojo Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, DKI Jakarta 10160

Stores

© 2025 Basicnest. All rights reserved