Roti Gambang: Akulturasi Kuliner Kolonial Belanda dengan Betawi

Mungkin belum banyak orang yang tahu soal roti gambang. Padahal roti khas Betawi ini pernah masuk daftar 50 roti terenak di dunia versi CNN Travel! Bayangkan, roti cokelat gelap berbalut wijen ini bisa sejajar kelezatannya dengan baguette dari Perancis atau ciabatta dari Italia.

Di era tren kuliner luar yang makin digemari masyarakat Indonesia, nama roti ini mungkin terdengar agak aneh. Seperti nama sebuah alat musik tradisional Betawi. Tapi memang benar, nama roti ini terinspirasi dari alat musik tradisional Betawi, gambang kromong, karena bentuknya yang memanjang mirip bilah kayu pada alat musik itu.

 

Dari Kolonial ke Meja Makan Orang Betawi

Kalau ditanya siapa pertama kali membuat roti gambang, jawabannya memang tidak ada satu nama pasti. Tapi yang jelas, masyarakat Betawi di era kolonial Belanda lah yang mempopulerkannya.

Roti ini sebenarnya hasil adaptasi dari roti sarapan Belanda, ontbijtkoek. Karena tepung terigu dan gula pasir dulu masih mahal, orang Betawi berkreasi dengan bahan lokal:

  • Tepung singkong sebagai pengganti terigu,
  • Gula aren sebagai pemanis pengganti gula pasir yang mahal,
  • Baking powder alih-alih ragi,
  • Plus taburan wijen dan aroma kayu manis sebagai sentuhan khas lokal.

Dari situlah lahir roti gambang yang legit, padat, dan harum rempah. Sejak dulu, roti ini menjadi suguhan wajib saat Lebaran, hajatan, atau kumpul keluarga. Bahkan di tahun 1980–1990-an, roti ini booming berkat dua pabrik roti legendaris: Lauw dan Tan Ek Tjoan.

Sayangnya, pamornya kian makin meredup dan dikira jadul. Di kafe modern, nama roti ini kalah populer dibanding brownies, croissant, atau cinnamon roll.

 

Roti Gambang + Kopi = Pasangan Pas

Budaya ngopi di Indonesia lagi naik daun. Dari warung sederhana sampai specialty coffee shop, kopi kini jadi gaya hidup. Nah, roti gambang bisa ikut kembali populer mendompleng tren ini.

Bayangkan kombinasi ini:

  • Kopi hitam + roti gambang klasik = pahit pekat bertemu manis rempah.
  • Cappuccino + roti gambang wijen = foam lembut bertemu wijen renyah.
  • Latte + roti gambang isi cokelat = twist modern tanpa meninggalkan akar tradisi.

Kalau croissant bisa jadi teman kopi yang terkesan keren, kenapa roti gambang tidak?

 

Make Gambang Bread Great Again!

Supaya tidak terjebak hanya jadi nostalgia, roti gambang memang perlu beberapa sentuhan baru:

  1. Inovasi rasa

Inovasi adalah napas dari roti gambang sebenarnya. Jadi inovasi lanjutan bisa saja diterapkan untuk membuat roti gambang lebih bervariasi. Bayangkan kalau ada yang jual roti gambang tiramisu, keju, atau bahkan isi selai kopi!

  1. Kemasan estetik

Roti gambang yang dikemas dalam kotak minimalis ala bakery modern bisa membuat roti ini langsung naik kelas dan tidak terkesan jadul lagi.

  1. Storytelling

Ceritakan sejarah roti gambang di media sosial biar makin relatable terutama buat anak muda.

 

Lebih dari Sekadar Roti

Roti gambang bukan sekedar camilan jadul, tapi warisan budaya hasil akulturasi. Ia lahir dari kreativitas orang Betawi dalam memadukan kuliner kolonial dengan bahan lokal.

Kalau Jepang bisa bangga dengan sushi, atau Perancis dengan croissant, kita pun bisa bangga dengan roti gambang. Dengan inovasi dan promosi yang tepat, roti ini bukan cuma identitas kuliner Jakarta, tapi juga bisa jadi coffee companion yang mendunia.

Roti gambang bukan sekedar saksi sejarah, ia bisa sekaligus menjadi peluang kuliner tradisional di masa depan. Kini tinggal kita yang memilih: mau membiarkannya tenggelam atau menghidupkannya kembali sebagai ikon kuliner yang relevan untuk generasi sekarang.

 

 

Leave a Comment

Our Location

Jalan Suryopranoto Nomor 11 F RT. 008 RW. 008, Petojo Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, DKI Jakarta 10160

Stores

© 2025 Basicnest. All rights reserved