Cerita-Cerita Bangga yang Tidak Tampil di Televisi: Makanan-Makanan Tersembunyi Indonesia

Ketika orang memikirkan masakan Indonesia, biasanya yang terlintas di pikirannya adalah nasi goreng, rendang, atau sate, hidangan-hidangan populer yang sering muncul di layar kaca dan telah dikenal luas di dunia. Meskipun hidangan tersebut memang pantas mendapat pengakuan, sebenarnya hidangan tersebut hanya mewakili sebagian kecil dari kekayaan kuliner Indonesia. Sebagai negara dengan ribuan pulau dan beragam budaya, setiap daerah memiliki harta karun kuliner yang masih belum banyak dikenal di luar komunitas lokal. Hidangan-hidangan ini bukan sekadar makanan, melainkan juga menyimpan cerita, tradisi, dan kebanggaan yang patut diapresiasi lebih luas. Dari setiap provinsi, lahir sajian khas yang merefleksikan kekayaan Indonesia, seperti beberapa di antaranya berikut ini:

1. Saksang: Hidangan Upacara dari Sumatra Utara

Saksang merupakan makanan tradisional suku Batak di Sumatra Utara, biasanya hidangan ini dibuat dengan menggunakan daging babi, anjing, atau kerbau, yang dimasak bersama darah, cabai, bawang putih, daun salam, dan rempah khas Batak bernama andaliman. Perpaduan ini menghasilkan rasa gurih pedas yang berani, sekaligus mencerminkan karakter kuat masyarakat Batak. Hidangan ini umumnya hadir dalam acara besar dan selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya mereka.

Saksang bukan hanya sekadar santapan, tetapi juga memiliki makna mendalam dalam kehidupan sosial. Dalam tradisi Batak, hidangan ini wajib disajikan di acara pernikahan, pesta syukuran, hingga ritual adat lainnya. Proses memasaknya pun dilakukan secara gotong royong, mempererat hubungan keluarga dan mempertegas penghormatan terhadap warisan leluhur. Karena itulah, saksang bukan hanya makanan, melainkan juga simbol kebanggaan yang diwariskan lintas generasi.

2. Nasi Jamblang: Semangat Kebersamaan dari Jawa Barat

Nasi jamblang merupakan sajian khas Cirebon, Jawa Barat, hidangannya sederhana tetapi unik karena menggunakan daun jati sebagai pembungkus nasi. Wangi daun jati menambah ciri khas tersendiri, dan pilihan lauk-pauknya meliputi tempe, ikan asin, sambal, hingga sup sederhana. Hidangan ini disajikan secara prasmanan, yang mencerminkan kebersamaan, kesetaraan, serta semangat saling berbagi.

Namun, di balik kesederhanaan hidangan ini, terdapat kisah kemanusiaan yang mengharukan. Pada masa kolonial Belanda, pembangunan pabrik di Palimanan menyerap banyak pekerja. Karena menjual nasi dianggap pamali, mereka kesulitan sarapan. Melihat hal ini, H. Abdulatif dan istrinya, Ny. Tan Piaw Lun, membagikan nasi bungkus daun jati dengan lauk sederhana sebagai sedekah. Apa yang berawal dari kepedulian itu kemudian berkembang menjadi tradisi budaya yang terus hidup hingga kini. Nasi jamblang akhirnya menjadi simbol kasih sayang, solidaritas, dan kebersamaan yang lahir dari semangat berbagi.

3. Juhu Singkah: Karunia Hutan dari Kalimantan

Dari jantung Kalimantan, lahirlah juhu singkah, hidangan khas suku Dayak yang terbuat dari tunas rotan muda. Tunas ini dibersihkan, lalu dimasak bersama santan, cabai, dan rempah aromatik hingga menghasilkan cita rasa yang sedikit pahit tetapi menyegarkan. Biasanya disajikan dengan nasi, hidangan ini menjadi representasi hubungan erat masyarakat Dayak dengan hutan.

Lebih jauh dari sekadar rasa, juhu singkah menyampaikan filosofi hidup yang penuh penghormatan pada alam. Suku Dayak memanen rotan secara bijak agar hutan tetap lestari bagi generasi mendatang. Dengan demikian, menyantap juhu singkah berarti merayakan keseimbangan, rasa syukur, dan keharmonisan antara manusia dengan lingkungan yang menopang kehidupan mereka sejak berabad-abad lalu.

4. Brenebon: Jejak Kolonial yang Bertransformasi di Sulawesi Utara

Sup brenebon merupakan hidangan populer di Manado, Sulawesi Utara yang berakar dari pengaruh Belanda. Namanya berasal dari kata “bruine bonen” yang berarti kacang cokelat, tetapi masyarakat setempat menyesuaikannya dengan menggunakan kacang merah. Sup ini biasanya dimasak dengan daging babi atau sapi, bawang putih, pala, cengkeh, serta rempah lainnya, hingga menghasilkan kuah kaya rasa yang menghangatkan.

Kisah di balik brenebon mencerminkan kemampuan masyarakat Manado beradaptasi. Alih-alih hanya menyalin resep kolonial, mereka menambahkan bumbu lokal yang berani dan teknik memasak khas, menjadikannya hidangan yang sepenuhnya baru. Dari pengaruh luar yang semula asing, lahirlah sajian lokal yang kini menjadi kebanggaan. Brenebon pun menjadi bukti bahwa tradisi bisa tumbuh subur dengan menyerap dan mengolah unsur asing tanpa kehilangan identitas sendiri.

5. Papeda: Simbol Ketahanan dari Papua

Papeda adalah makanan pokok masyarakat Papua dan Maluku, dibuat dari tepung sagu yang dimasak hingga bertekstur kental dan lengket. Biasanya, papeda disantap bersama sup ikan kuah kuning asam, aneka lalapan, dan sayuran. Teksturnya yang unik mungkin terasa asing bagi sebagian orang, tetapi bagi masyarakat Papua, papeda adalah kebanggaan sekaligus identitas budaya.

Lebih dari itu, papeda juga mengisahkan tentang ketahanan hidup. Di wilayah yang sulit ditanami padi, pohon sagu menjadi sumber pangan utama. Meski membutuhkan waktu bertahun-tahun hingga siap panen, sagu mampu menghasilkan bahan makanan yang tahan lama dan mencukupi kebutuhan keluarga berbulan-bulan. Menyantap papeda biasanya dilakukan bersama, sehingga menjadi simbol kebersamaan, rasa syukur, dan kekuatan masyarakat Papua dalam menghadapi tantangan alam.

Dari saksang yang penuh makna dari Sumatra hingga papeda yang tangguh dari Papua, setiap hidangan menyimpan nilai yang lebih dalam daripada sekadar rasa. Makanan-makanan ini membawa cerita tentang sejarah, persatuan, ketahanan, dan hubungan manusia dengan lingkungannya. Meski jarang mendapat sorotan televisi, kuliner ini tetap hidup di tengah komunitas yang menjaganya.

Dengan mengenali dan merayakannya, kita tidak hanya melestarikan tradisi, tetapi juga memastikan bahwa setiap suapan mengingatkan kita pada identitas bangsa. Di balik setiap resep ada sejarah, di balik setiap sajian ada kisah, dan di balik setiap hidangan ada kebanggaan yang patut diwariskan. Cerita-cerita ini mungkin tersembunyi dari layar kaca, tetapi tetap bersinar terang di hati Indonesia.

Leave a Comment

Our Location

Jalan Suryopranoto Nomor 11 F RT. 008 RW. 008, Petojo Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, DKI Jakarta 10160

Stores

© 2025 Basicnest. All rights reserved