Bukit matahari adalah julukan dari desa Bawamataluo yang terdapat di Indonesia tepatnya di Sumatera utara dengan ketinggian mencapai 270-324 MDPL. Pada pintu masuk desa, pengunjung akan disambut dengan sekitar 86 anak tangga menuju ke desa Bawamataluo. Desa Bawamataluo merupakan lokasi yang sangat baik untuk dikunjugi karena merupakan desa purba tertua dan ikon pariwisata di kepulauan Nias dengan kekayaan tradisi budaya yang terdiri atas sisa-sisa situs megalitikum dari ribuan tahun lalu. Salah satu situs megalitikum yang masih dapat ditemui di desa Bawamataluo ialah fahombo atau yang biasa dikenal dengan kearifan lokal fahombo.
Fahombo merupakan sebuah tradisi budaya yang cukup unik karena dilakukan dengan melompati tumpukan batu yang memiliki ketinggian batu 2 meter. Hasil temuan dari penelitian lapangan pada 13 November 2023 – 13 Januari 2024 yang dilakukan oleh Ronaldo zai sebagai penulis maupun peneliti, disebutkan oleh Kepala Desa Bawamataluo yang berinisial WT saat sesi wawancara, secara historis aktivitas hombo batu dilakukan pada masa lampau terjadi karena faktor peperangan masa dulu yang mengharuskan semua pemuda harus dapat tangguh dan tangkas guna membela desa. Hal ini disebutkan karena pada masa dulu, setiap desa hanya memiliki pagar-pagar yang berukuran tinggi yang sekaligus menjadi pintu keluar masuk dari setiap desa. Hal ini membuat setiap pemuda di desa harus dapat melatih ketangkasan diri dengan melompat tinggi.
Salah satu pengetua adat sekaligus pelompat hombo batu pada masanya yaitu bapak DM yang memiliki gelar bangsawan Farecha simoi idano juga menyebutkan bahwa pagar pada masa lampau yang ada ditiap desa itu di pagar dengan bambu berduri agar tidak menjadi benteng pertahanan yang tidak dapat di lompati oleh pihak lain. Sehingga khususnya desa Bawamataluo memiliki siasat untuk melatih ketangkasan dengan menyusun batu setinggi 2 Meter sebagai pemuda yang mempertahankan desa. Kemudian, bagi pemuda yang dapat melompati batu pada masa tersebut, diberikan apresiasi penghargaan seperti dibebaskan dari pajak upeti setiap tahun dan dianggap pahlawan di desa Bawamataluo.
Fahombo sebagai aktivitas kearifan lokal menjadi sangat unik dan tidak semua orang dapat melakukannya, bahkan warga asli desa Bawamataluo tidak semua dapat melakukannya. Banyak faktor yang menyebabkan hanya orang-orang tertentu yang dapat melompati hombo batu. Hal ini salah satunya dikarenakan fahombo adalah kegiatan atau atraksi yang cukup berbahaya karena dapat memberikan cidera hingga ke tahap yang serius seperti patah kaki. Sehingga memerlukan latihan yang rutin dari setiap tokoh pelompat batu untuk meminimalisir kecelakaan ketika sedang beratraksi. Para stakeholder seperti Kepala Desa, Badan pariwisata atau Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Bulusa Bawamataluo, para pengetua adat desa Bawamataluo, pelaku budaya desa Bawamataluo, masyarakat hingga para pelompat batu fahombo yang berada di desa Bawamataluo
Program latihan yang diberlakukan oleh BUMDes Bulusa Bawamataluo yang berkolaborasi dengan Kepala Desa memiliki program latihan, antara lain anak yang berumur 10-12 tahun latihan melompati batu-batu yang masih berukuran kecil dan kayu-kayu yang ada di tiap kolong rumah besar yang menjadi rumah utama yang berada tepat di samping kantor desa. Kemudian pada umur 15 tahun, sudah diperbolehkan untuk mencoba melompati hombo batu. Program latihan yang diterapkan oleh aparatur desa yang berkolaborasi dengan BUMDes, Pengetua adat dan melibatkan masyarakat merupakan salah satu cara pendidikan dalam budaya. Pada situasi fahombo di desa Bawamataluo, program latihan yang dilaksanakan akan menciptakan sesuatu pembiasaan dan pembelajaran agar mengurangi resiko-resiko yang dapat berakibat fatal kepada para pelompat, kemudian dapat menjadi teladan bagi generasi lain dan generasi selanjutnya untuk menjaga dan melestarikan kearifan lokal fahombo dari desa yang berjulukan bukit matahari Indonesia.
Seluruh masyarakat dari manapun dapat berkunjung untuk melihat atraksi dan keindahan kearifan lokal fahombo di desa Bawamataluo. Ketika berkunjung dan ingin melihat atraksi fahombo, akan mendapatkan keindahan atraksi fahombo yang dimulai dari corak dan warna pakaian hingga lompatan yang sangat tinggi dari para pelompat batu. Ini menjadi unik, karena melihat para pelompat batu melompati batu dengan ketinggian yang tidak seperti batu biasanya. Kehadiran para pengunjung tidak hanya disuguhkan dengan atraksi fahombo saja, akan tetapi juga dapat melihat kearifan lokal lain dari desa Bawamataluo seperti ukiran dari masyarakat desa, dapat mencoba langsung pakaian adat nias, melihat rumah besar yang ada di desa bawamataluo dan dapat melihat masyarakat desa Bawamataluo bermain voli.