Berbicara mengenai kuliner memang tidak akan ada habisnya. Sebuah makanan yang unik penyajiannya, berbahan dasar langka dan sedang menjadi tren seringkali menarik perhatian masyarakat. Kuliner sejatinya merupakan salah satu dari wujud kebudayaan. Kuliner menjadi hal universal yang kadangkala mampu menembus batas kelas sosial, prestise, latar belakang budaya, bahkan kondisi ekonomi. Meski demikian, urusan makan dan minum ini tetap berkenaan dengan nafsu bernama rasa dan selera.
Sebagaimana kita ketahui, bahkan untuk menunjuk suatu identitas lokal dari sebuah daerah pun, dapat dilakukan melalui keberadaan kuliner yang menjadi ciri khas kota tersebut. Sebagai misal di Kota Malang selain dikenal sebagai kota pendidikan, kota yang dikenal dingin ini menawarkan corak kuliner beragam. Saat berkunjung ke Malang, tak jarang para pendatang membawa pulang buah tangan misalnya kripik. Kripik tempe dengan varian rasa yang inovatif dan kripik segala macam buah-buahan merupakan produk andalan di Kota Malang.
Diantara sekian banyak ragam kuliner di atas, masih ada sebuah kuliner apabila ditinjau dan ditelusuri merupakan identik dengan olahan tempe. Kuliner tersebut adalah Orem-orem tempe. Kuliner orem-orem, sekilas terdengar mirip dengan salah satu nama makanan yang biasa ditemukan di daerah Jawa Tengah, yakni Arem-arem. Apabila arem-arem adalah masakan olahan yang terbuat dari nasi semacam lontong dimana di tengah nasi tersebut berisi tempe maupun ikan.
Kuliner orem-orem adalah sayur berbahan dasar tempe yang berkuah santan, terdapat taoge, kemudian sangat pas sekali ketika disajikan dengan ketupat, telur asin dan bawang goreng. Untuk menambah rasa dapat ditambahkan sambal dan kecap. Sekilas hidangan bersantan ini mirip dengan sayur lodeh, laksa atau kari. Pada kuliner orem-orem ini lebih ditekankan pada bahan dasarnya yakni tempe. Tempe adalah salah satu makanan rakyat yang difermentasi sebagai bentuk kebudayaan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa tempe merupakan salah satu makanan tradisional khas berasal dari Jawa yang menjadi lauk-pauk wajib sebagian besar masyarakat Indonesia. Bahkan, popularitas tempe sebagai makanan sehari-hari di setiap meja makan masyarakat Indonesia ini telah sampai di beberapa Negara maju seperti Jepang dan Amerika.
Produksi kedelai mayoritas berada di Jawa. Di Jawa Timur, tempe terkenal diproduksi di kota Malang, karena teksturnya padat, berwarna putih alami dan rasa yang baik. Selebihnya tempe yang berasal dari kacang kedelai difermentasi ini pun kerapkali dijadikan sebagai salah satu ubarampe pada ritual sesajen.
Ditinjau dari segi adat istiadat dan kebiasaan di Indonesia ada berbagai macam cara pengolahan tempe. Di Jogjakarta, tempe dan tahu dibacem (direbus sangat lama hingga berwana hitam). Di Jawa barat dikenal tempe oncom (tempe dibusukan), di dalam masakan sehari hari tempe dapat berwujud sayur oseng-oseng (ditumis), sambel goreng tempe, kering tempe (dikeringkan), tempe goreng (digoreng), sebagai sesajen (tempe mentah) dan sebagainya.
Sayur orem-orem merupakan salah satu varian masakan Indonesia yang menggunakan produk pangan lokal yakni, tempe. Orem-orem tempe khas Malang ini, memuat seluruh komponen tersebut, yakni terdiri atas tempe yang telah difermentasi, bumbu rempah seperti kunir, daun laos, kemudian tauge, santan yang dimasak.
Mencicipi orem-orem tempe sejatinya bukan sekadar urusan lidah, melainkan juga perjalanan mengenali sejarah dan budaya sebuah kota. Di balik orem-orem terpancar kesederhanaan serta potret ketahanan kuliner lokal yang bertahan dari globalisasi. Rasa gurih santan, tempe yang lembut sekaligus kenyal, tauge yang segar, setiap suapan menjadi penanda bahwa warisan kuliner tradisional selalu punya ruang di hati masyarakat. Dengan demikian, menjaga eksistensi orem-orem tempe bukan sekadar upaya mempertahankan kuliner lawas, melainkan menjaga identitas Malang agar tetap hidup lewat cita rasa.