Ketika mendengar kata “sate”, kebanyakan orang langsung terbayang sate Madura dengan bumbu kacangnya atau sate Padang dengan kuah kentalnya. Namun, di sebuah kota kecil di pesisir selatan Jawa Tengah, Kebumen, tersimpan kuliner khas bernama sate ambal yang jarang tersorot di layar kaca, tetapi menyimpan cerita sejarah sekaligus kebanggaan masyarakatnya. Berbeda dengan sate ayam pada umumnya, Sate Ambal menggunakan bumbu tempe sebagai bahan dasar kuahnya. Tempe ditumbuk halus lalu dicampur dengan berbagai rempah dan bumbu khas, menghasilkan rasa gurih, manis, dan sedikit pedas yang unik. Konon, resep ini sudah ada sejak abad ke-19 dan diwariskan turun-temurun oleh masyarakat Ambal, sebuah kecamatan di Kebumen yang menjadi pusat lahirnya kuliner ini.
Keunikan lain dari Sate Ambal adalah cara penyajiannya. Sate ayam yang sudah dibakar disajikan dengan kuah kental bumbu tempe yang disiramkan, berbeda dengan sate Madura yang menggunakan sambal kacang atau kecap. Perpaduan rasa daging ayam bakar dengan kuah tempe ini menghadirkan sensasi baru yang membuat siapa pun yang mencicipinya ingin kembali lagi.
Lebih dari sekadar hidangan, Sate Ambal menyimpan jejak sejarah kuliner rakyat. Di masa lalu, tempe dianggap sebagai bahan makanan rakyat kecil yang murah dan mudah didapat. Kreativitas masyarakat Ambal dalam mengolah tempe menjadi bumbu sate menunjukkan bagaimana kuliner lahir dari keterbatasan, namun justru menciptakan kekayaan rasa yang tak ternilai.
Sayangnya, meski memiliki keunikan dan sejarah panjang, Sate Ambal belum sepopuler sate dari daerah lain. Hanya sedikit yang mengenalnya di luar Kebumen. Padahal, di balik kesederhanaannya, kuliner ini adalah simbol identitas dan kebanggaan masyarakat Kebumen, bukti bahwa tradisi kuliner daerah menyimpan cerita yang patut dirayakan dan dijaga.